
PR kita masih banyak.
Dalam safar tidak sengaja menemukan tulisan seperti ini di papan di salahsatu masjid tempat rombongan kami mampir sholat dan istirahat.
Mendekatkan anak-anak ke Masjid, menanamkan rasa cinta kepada Masjid dan betah berlama-lama di Masjid bukan perkara mudah, butuh proses panjang. Harus dimulai sedini mungkin, bahkan sejak mereka balita.
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam pernah mempercepat shalatnya, sebab saat itu beliau mendengar tangis bayi di shaf belakang wanita. Agaknya tidak berlebihan jika sejak saat itu, Masjid Nabawi sudah terisi anak-anak.
Maka, alangkah baiknya jika kita sudah membiasakan diri mengajak balita2 kita ke Masjid, bahkan menjadikannya sbg rumah pertama.
Jangan sampai shaf2 masjid kita hanya terisi simbah2 sepuh, sepi dari canda tawa generasi penerus Masjid, hening dari aktivitas “thawaf, sa’i, bahkan melempar jumroh” mereka.
Tentunya, orangtua yang membawa putra-putrinya ke Masjid, tetap harus memperhatikan kebersihan, kesucian dan kekhusyuan jamaah. Dengan mendampingi dan mengawasinya.
Semoga semakin banyak DKM2 yg tidak lagi merasa direpotkan dengan kehadiran anak-anak kita di Masjid.
Tulisan menggugah dari ustadz @sholih_alhafidz
_____
Di Masjid Jogokariyan kami berikhtiar memberikan ruang bagi setiap jenjang usia dan generasinya, karena beda generasi beda pendekatan dakwahnya, mulai dari yang paling kecil hingga lansia.
semua tergabung dalam naungan TAKMIR MASJID JOGOKARIYAN.
– Usia pra TK- 2 SMP Ada; Himpunan Anak-anak Masjid (HAMAS) Jogokariyan
– Usia 2 SMP – SMA ada; Pengurus HAMAS
– usia SMA – Kuliah (sebelum nikah) ada; Remaja Masjid Jogokariyan (RMJ)
– Alumni Remaja Masjid;
Putra: (KURMA) Keluarga Alumni Remaja Masjid Jogokariyan
Putri: (UMIIDA) Ukhuwah Ummi-Ummi Muda
– Usia lansia ada; Ikatan Keluarga Sakinah (IKS)
Mohon doanya agar kami bisa selalu istiqomah dan terus belajar dalam kebaikan.