
Satu hal yang dilalui saat momen Idulfitri bukan hanya sebatas mudik ke kampung halaman. Setelahnya, sudah pasti masih ada hal yang harus dilakukan untuk kembali ke rutinitas normal sehari-hari, yakni balik dari mudik lebaran.
Meski menyenangkan dan selalu dirindukan, tak dimungkiri bahwa baik kegiatan mudik atau balik setelahnya memiliki sisi risiko tak terhindarkan, terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi baik roda empat (mobil) maupun roda dua (motor).
Apalagi mudik menggunakan sepeda motor sudah menjadi hal yang tak terelakkan di Indonesia. Tak peduli seberapa jauh jarak yang ditempuh, rasa lelah, ancaman keamanan, atau risiko lainnya tak bisa menghalangi niat dan hasrat untuk berkumpul bersama sanak keluarga di kampung halaman.
Padahal, ragam risiko yang sebelumnya disebutkan juga tidak bisa dianggap sepele, salah satu akibat yang ditimbulkan bisa memberi ancaman bagi mereka sendiri. Salah satu risiko yang mengintai di balik kebiasaan mudik menggunakan kendaraan pribadi yang sudah pasti akan menguras banyak tenaga, dan bisa dialami oleh siapa saja tanpa terkecuali adalah kondisi microsleep.
Apa itu microsleep?
Menilik Kembali Tradisi Mudik Zaman Dahulu
15 detik yang mengancam nyawa
Healthline mendefinisikan microsleep sebagai suatu kondisi di mana seseorang mengalami kondisi hilangnya kesadaran, dengan cara tertidur tanpa disengaja dalam waktu singkat atau dalam kisaran beberapa detik saja.
Beda halnya dengan kondisi tertidur biasa atau ketiduran, yang membahayakan kondisi satu ini biasanya kerap terjadi ketika seseorang sedang melakukan aktivitas penting yang membutuhkan fokus penuh, salah satunya berkendara.
Lebih detail, biasanya orang yang mengalami microsleep saat sedang berkendara pada beberapa kondisi tetap mampu melakukan aktivitas tersebut sambil tertidur, setidaknya sampai ia benar-benar tak sadar dan akhirnya berujung dengan peristiwa fatal.
Sumber lain menyebut jika waktu dari kondisi microsleep yang dialami seseorang berada di kisaran 15 detik atau kurang. Biasanya, mereka yang mengalami hal ini baru tersadar karena dirangsang oleh sesuatu yang mengejutkan seperti suara dan sentuhan keras, atau pada beberapa kondisi ada juga yang akhirnya tersadar sendiri.
Kelihatannya mungkin sepele, namun nyatanya sudah banyak kejadian di lapangan yang berujung dengan nyawa terenggut, akibat kondisi microsleep yang terjadi selama 15 detik atau kurang tersebut.
Ingin Menghindari Kecelakaan Lalu Lintas? Karya Mahasiswa Asal Surabaya Ini Bisa Membantu
Penyebab, ciri, dan cara mengatasi microsleep

Kondisi kelelahan jadi salah satu penyebab terkuat microsleep yang biasanya dialami ketika melakukan perjalanan jarak jauh bagi para pengendara, termasuk di antaranya saat mudik. Namun di samping itu, ada juga beberapa kondisi yang disebut menjadi penyebab microsleep bisa terjadi.
Beberapa penyebab yang dimaksud di antaranya terdiri dari gangguan tidur yang disebabkan oleh penyaki insomnia, memiliki hutang waktu tidur dari jam yang semestinya, atau sebagai efek samping dari situasi menjalani pengobatan tertentu.
Namun, ada juga yang meyakini jika kondisi microsleep tidak hanya dialami oleh mereka yang kurang istirahat, kurang tidur, atau kelelahan. Kondisi satu ini juga bisa dialami saat seseorang sedang melakukan suatu aktivitas secara berulang-ulang dan membosankan, namun membutuhkan fokus dan perhatian tertentu.
Membahas lebih detail mengenai gejala atau tanda-tandanya, kondisi satu ini biasanya diawali dengan ciri tidak mendengar suara sekitar atau tidak menanggapi ketika dipanggil, memiliki tatapan kosong, tidak dapat mengingat peristiwa satu atau dua menit terakhir,dan kondisi mata yang berkedip lambat.
Untuk terhindar dari kondisi microsleep ada beberapa cara yang menurut para ahli perlu dilakukan, terutama bagi mereka yang sekiranya akan melakukan perjalan dengan berkendara jarak jauh. Adapun beberapa cara yang dimaksud terdiri dari:
- Menghindari kafein sebelum tidur untuk mencegah diri sulit tidur. Namun di lain sisi, pilihan mengonsumsi kopi bisa dilakukan saat sedang berkendara dan dibutuhkan untuk membuat diri tetap terjaga.
- Melakukan aktivitas yang mengalihkan perhatian saat berkendara, salah satunya berbincang dengan penumpang di kendaraan. Karena itu, memiliki rekan berkendara yang dapat diandalkan sangatlah penting.
- Memiliki jam tidur yang cukup sejak beberapa hari sebelum melakukan perjalanan, di mana idealnya waktu tidur di malam hari berlangsung selama 7-9 jam per hari.
- Istirahat dan tidur sejenak jika mengantuk, ketika kopi atau kafein tidak lagi berpengaruh saat berkendara, satu-satunya solusi paling ampuh dan tepat adalah dengan beristirahat dan tidur sesegera mungkin.
Hari Tidur Sedunia: Kenali Dampak Kekurangan dan Kelebihan Tidur Bagi Kesehatan
Baca kabar baik lainnya di Good News From Indonesia