
Belajar dari Warga Sleman, Tak Gelap Mata Jadi Miliarder karena Gusuran Tol

Sejumlah warga di Pedukuhan Pundong 3, Desa Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jadi miliarder. Mereka mendapat miliaran rupiah setelah tanah atau rumahnya digusur untuk pembangunan tol Yogya-Bawen.
Dukuh Pundong 3, Pekik Basuki, menjelaskan total ada 45 bidang tanah di wilayahnya yang terdampak tol terdiri dari pekarangan dan rumah. Dari jumlah itu 25 di antaranya merupakan rumah.
“Di sini rumah (yang terdampak) ada dari Pundong 2, Pedukuhan Pundong 3, dan Pedukuhan Pundong 4. Totalnya ada 45 rumah yang terdampak (di 3 pedukuhan). Separuhnya lebih Pundong 3 (ada 25 rumah),” ujar Pekik dihubungi, Kamis (2/9).
Dia menjelaskan, bahwa warga yang rumahnya terdampak masih menempati rumah tersebut. Mereka akan membongkar rumah secara bertahap sembari menyiapkan tanah untuk dibangun rumah.
“Yang mulai dibongkar sudah ada kalau untuk tenggat waktu (pindah) sebenarnya secara ini (resmi) nggak ada. Cuma disegerakan setelah menerima ganti dimohon segera membongkar rumahnya dan hasil bongkaran bisa dimanfaatkan warga,” katanya.
“Kebetulan cara bongkar tidak sekaligus. Ya masih bisa ditempati, genteng belakangan. Masih bisa ditempati,” jelasnya
Pekik menjelaskan warga yang tergusur masih akan tinggal di Pundong 3. Mereka mayoritas masih memiliki tanah di sana atau membeli tanah lagi di kampungnya ini.

“Ada yang baru beli tanah dan baru akan membangun rumah. Tanah sudah dapat baru proses pembangunan. Beli tanah di Dusun Pundong juga. Ada yang punya tanah sendiri kebetulan dekat rumahnya (sebelumnya) juga,” ujarnya.
Demikian juga dengan Pekik dia masih akan tinggal di Pundong 3 karena masih memiliki tanah di sini. Dia pun tengah mempersiapkan pembangunan rumah.
Namun Pekik tak hanya membangun rumah tetapi juga membeli rumah baru untuk investasi seperti di dekat Kampus UMY di Bantul dan Kampus UII di Jakal, Sleman
“Nggak (spesifikasi tinggi). Yang penting cocok saja tempatnya, kebetulan untuk anak, saya suruh milih,” ujarnya.
Simpan Uang di Bank
Mendapat uang miliaran rupiah, bukan berarti kalap untuk dibelanjakan. Warga satu sama lain saling mengingatkan untuk membelanjakan uang secara bijak. Uang miliaran rupiah itu pun tetap disimpan di bank demi keamanan.
“Pencairan kan ditransfer. Aman tidak ada masalah,” ujarnya.
Masyarakat juga telah sosialisasi untuk tidak perlu mengambil uang cash untuk disimpan di rumah. Jika membutuhkan transaksi, diimbau pembayaran dengan metode transfer.
“Kadang ada yang masih ingin ambil cash Ro 50 juta gitu. Karena memang ketidaktahuan, setelah diberi tahu akhirnya mau (transaksi via bank saja),” ujarnya.
Dia mengaku kampungnya tidak ada pengamanan secara khusus. Meski diakui kerap ada sales, tetapi warga tidak tergoda.
“Kalau imbauan dari Pak Lurah dan pamong selalu mengimbau masyarakatnya untuk berhati-hati dalam ini memakai uang termasuk ada tawaran sales-sales dan lain-lain untuk berhati-hati,” pungkasnya.
Sumber : Konten ini diproduksi oleh kumparan