
Anjing Menggonggong, Erdogan Berlalu (3)
By: Nandang Burhanudin
*****
Media Indonesia meramaikan pemberitaan soal Paus Fransiskus yang berduka, terluka, sedih, terdayat dan akhirnya angkat bicara di depan publik atas status Hagia Sophia di Istambul, Turki, yang telah resmi kembali berstatus sebagai masjid.
Paus Fransiskus merasa dalam kondisi sangat tertekan atas keputusan Pemerintah Turki mengubah monumen era Byzantium tersebut menjadi tempat peribadatan khusus umat muslim.
Tak tanggung, pernyataan Paus Fransiskus disampaikan dari balkon Gereja Santo Petrus, Vatikan. Tempat yang dipandang suci bagi kaum Katholik.
Pihak Turki bergeming. Alih-alih menanggapi serius, Jubir keMenlu Turki malah menanggapi dengan pemaparan sejarah, fakta bahwa Aya Shopia yang sekarang diratapi, dahulu pada Perang Salib Keempat malah menjadi salah satu objek penjarahan. Tentu setelah dikepung dan rakyatnya dibuat sengsara, oleh sesama penganut Kristen.
Penjarahan Konstantinopel adalah sebuah peristiwa yang berlangsung selama Perang Salib Keempat pada tahun 1204. Tentara Salib dan pasukan Venesia berhasil merebut ibu kota Kekaisaran Romawi Timur di Konstantinopel dan menjarah isinya. Setelah jatuhnya Konstantinopel, Kekaisaran Romawi Timur terpecah menjadi beberapa negara, termasuk Kekaisaran Latin yang didirikan oleh Tentara Salib dengan Baldwin dari Flandria sebagai kaisarnya.
Meskipun salah satu negara penerus Romawi Timur pada akhirnya berhasil merebut kembali Konstantinopel pada tahun 1261 dan memulihkan Kekaisaran Romawi Timur, Romawi Timur sudah melemah dan tidak dapat merebut kembali semua wilayah yang sebelumnya telah lepas.
Akibatnya, peristiwa pada tahun 1204 kadang-kadang dianggap sebagai salah satu peristiwa yang mengakibatkan kemunduran Kekaisaran Romawi Timur hingga akhirnya kekaisaran ini ditaklukkan oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453.
“Terlukanya” sang Paus, apakah benar didorong empati terhadap Aya Shopia? Tidak. Fakta di lapangan, Paus tidak pernah menyampaikan rasa duka atas perubahan gereja-gereja di Eropa yang dibeli umat Islam lalu kemudian dijadikan masjid. Jumlahnya ratusan. Semua dampak dari sekularisme yang membuat kaum Kristen, ogah datang ke gereja.
Empati tersebut sebenarnya lebih ditujukan pada kekhawatiran, melihat visi besar Erdogan yang menginginkan Islam menjadi arus utama politik Turki. Sebab faktanya, seperti disampaikan Asosiasi yang membawa perkara Hagia Sophia ke pengadilan juga menyebut, sebenarnya Hagia Sophia adalah milik Fatih yang sudah direbut dari Konstantinopel pada 1453 dan diubah dari gereja menjadi masjid.
Sumber : FB :
Jadi, duka AS (Saudi, Israel, Mesir, Emirat Arab), UE, Vatikan, dan lainnya, tidak lebih pada arus kebangkitan ekonomi, teknologi, dan kekuatan militer Turki. Terlebih, 2023 adalah tahun terakhir perjanjian Luissane yang 100 tahun lamanya, membatasi gerak Turki.
Sumber : FB Nandang Burhanudin